Teruntuk Hati dan Jiwa Luka
Sayatan mengukir luka dalam hati dan jiwa. Tenang, kamu tidak sendiri. Masih ada aku, kita sama dan kau tak sendiri. Hidup seperti panggung sandiwara. Tak usah ikut larut dalam adegannya, semua delusi. Tak usah ikuti! Biarkan posesi itu hilang bersamanya. Jangan lagi kau dan ku gila sendiri.
Tak apa ia pergi, bagus!!
Pergi saja yang jauh. Tak usah nampak lagi. Lebih baik tak terlihat, kalau hanya ingin menyayat. Tak apa jika telah tersayat, masih ada perban tuk membalut. Ku balut itu sekarang sendiri! Tak apa.
Kau pun juga kan?
Balut saja semampumu, nanti juga ada yang membantu. Tunggu saja, dan lihat di sebrang,
Lihat kan~
Ku tak benar-benar sendiri, Kau pun juga.
Di sebrang ternyata sudah ada yang menantiku. Menunggu dan menjulurkan tangannya. Ingin menggenggam dan merangkul ku. Selalu di sampingku dan akan selalu terus seperti itu. Iya! Aku tak sendiri. Akan ku sapa engkau yang telah menanti di sebrang.
Terimakasih telah sabar menanti.
Ku harap kau pun sama!!!
Atau ternyata itu kau?!
Sayatan mengukir luka dalam hati dan jiwa. Tenang, kamu tidak sendiri. Masih ada aku, kita sama dan kau tak sendiri. Hidup seperti panggun...