Dunia Sangat Aneh, Sampai Aku Merasa ini Semua Tidak Adil!


Haiii apa kabar?

Hai tuan, kalau kamu membaca ini aku cuma mau bilang “Sudah lebih bahagiakah kamu tuan?” Saya harap begitu. Kamu sekarang sedang apa?

Bahkan saat ini aku juga tidak tahu diriku sedang apa. Haiii tuan, ingatkah kamu tahun lalu? Yaa tepat satu tahun yang lalu. 17 Juli 2019, ingatkah kamu apa yang sedang kita lakukan? Aku yakin pasti tuan lupa! Karna hanya aku saja pasti yang mengenang semua itu. Biar kuingatkan sekarang, tuan tahu saat itu sedang mengantar aku ke tempat itu. Yaaa tempat kumpul aku dan teman-teman kkn ku. Masih teringat di pikiranku, ucapan tuan saat mengantarku pergi. Sangat manis, seperti aroma yang dapat memikat pikiran seseorang. Sudah biasa aku! Hampir satu windu aku mengenal mu. Bahkan aku sangat tahu setiap pikiran dan isi hati mu. 

Saat itu berjalan sebagaimana mestinya kegiatan itu berjalan. Sampai akhirnya, diriku mengetahui sedang ada yg aneh di dirimu tuan. Aku yang saat itu hanya bisa terdiam, setelah usai kegiatan ini. Kita bertemu lagi, setelah 35 hari terpisah. Padahal hal yang sepele bukan? Kita pernah menjalani hubungan jarak jauh selama 2 tahun.

Namun kali ini berbeda, sudah ku katakan ada yang berbeda di dirimu tuan. Aku juga tidak paham akan keraguan ini, tapi aku percaya setiap keraguan aku adalah kebenaran. Sampai akhirnya, aku kumpulkan semua bukti itu. Tuan tahu? Pasti tidak. Karna aku sangat pandai dalam menutupi keadaan. Sampai akhirnya, di layar kaca handphone mu ku temukan video itu. Hancur hari ini tuan!! Tuan tahu? Dunia ku runtuh, aku kehilangan arah. Bahkan saat itu, tangan dan kaki ku pun ikut terdiam dalam keheningan dingin yang menusuk tubuh ini. Tuan tahu? Aku tidak bisa berkata apapun selain “aku mau kita putus”. Kalimat ini, iyaaa... cuma kalimat ini yang ada saat ini di salam hati dan pikiran ku. Dan untuk pertama kalinya kedua hal ini bersatu dalam satu keputusan. Padahal kalian tahu, biasanya hati dan pikiran itu tidak pernah selaras. Namun saat itu berbeda.

Sejak saat itu, semua harapan ku selma hampir satu windu ini musnah. Tidak tersisa. Harapan itu hilang terbawa angin yang berhembus di sepanjang jalan yang kita lalui saat pulang. Entah apa yang aku pikirkan, saat itu pikiranku pun kosong. Entah harus bagaimana, ingin sekali rasanya aku menangis pada bumi dan menceritakan perasaan ku pada dunia. Namun tidak bisa. Aku hanya bisa diam dalam kepedihan ku. Meratapi kepedihan ini dm berkata “apa salah aku?”. Kalimat ini yang aku pikirkan dan aku ucapkan berkali-kali. 

“Kenapa jadi kayak gini?”

“Kenapa orang yang sudah aku anggap keluarga ku sendiri tega seperti ini?”

“Apa yang dia pikirkan ?”

“Ini bohong kan?”

“Kenapa harus aku yang merasakan ini?”

“Kenapa?”

Bahkan aku sempat menyalahkan Tuhan ku. Iyaaa... aku merasa tidak adil, kenapa harus aku yang merasakan perih ini. Sampai aku tidak bisa bercerita kesiapa pun, krna yang aku pikirkan pasti mereka belum tentu paham apa yang aku rasakan. Sampai akhirnya saya selalu berpikir “dunia kejam sekali terhadap saya”. 

Share this:

,

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment