TEORI KONFLIK
TEORI KONFLIK
Oleh : Dinda Galih Purwaningrum
A. Pendahuluan
Salah satu teori besar lain dalam sosiologi adalah teori konflik. Teori
ini merupakan kritik atau antitesis terhadap teori
fungsionalisme struktural yang dianggap terlalu fokus terhadap stabilitas dan
keseimbangan, sementara menurut perspektif teori konflik, justru yang lebih
penting adalah ketidaksetaraan, perubahan, dan instabilitas.
Stolley dalam bukunya “The Basic of Sociology” menyatakan “Whereas
functionalist focus on balance and stability whithin a social system, conflict
theories view society as comprised of social relations characterized by
inequality and change”[1].
Menurut teori konflik, “groups are constantly competing for unequally
distributed resources, such as wealth and power,with each group seeking to
benefit their own interest”[2].
Artinya dengan asumsi bahwa setiap kelompok dan individu mempunyai distribusi
sumberdaya yang berbeda baik jumlah maupun kualitas, maka terjadilah perebutan
sumberdaya tersebut antar kelompok maupun individu dalam sistem sosial.
Perebutan ini bisa menimbulkan konflik dan perubahan dalam
sistem sosial. Jadi menurut teori ini, konflik adalah bagian tidak terpisahkan
dari sebuah sistem sosial.
Diharapkan dengan adanya makalah ini baik pembaca maupun pendengar suatu
saat nanti dapat mempergunakan makalah ini sebagai acuan untuk memahami dan
menyelesaikan suatu konflik baik yang dihadapi oleh kelompok maupun oleh
individu itu sendiri. Sehingga dapat menyikapi konflik itu sendiri secara bijak
dan hati- hati.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada pendahuluan
tersebut, maka rumusan masalah ini adalah :
1.
Bagaimana prespektif teori konflik strukturalisme menurut Karl Marx,
Max Weber, dan Ralf Dahrendorf?
2.
Bagaimana kritik terhadap teori ini?
C. Pembahasan
1.
Prespektif teori konflik strukturalisme menurut Karl Marx, Max Weber,
dan Ralf Dahrendorf
Karl Marx:
Posisi Sentralnya
Tujuan Marx tentang hakekat konflik sosial adalah
bahwa ia berkeinginan untuk menumbuhkan arah perubahan tertentu dan menunjuk
konsep semacam dialektika atau berinteraksi untuk menekankan ketidaksanggupan
perubahan yang ia inginkan. Hendri Restuadhi dalam tesisnya “Prespektif Konflik Menurut Georg Simmel”
menyatakan Marx mengungkapkan bahwa inhern dalam organisasi ekonomi dalam
masyarakat adalah kekuatan-kekuatan yang menentukan konflik kelas yang
revolusioner dan tak terelakkan.[3]
Maksudanya, organisasi ekonomi telah sukses menimbulkan beberapa
kerusakannya melalui polarisasi kelas dan kemudian kelas dominan akan
ditaklukkan oleh kelas sebelumnya. Untuk lebih memperjelas berikut adalah
konsep yang berpengaruh terhadap teori konflik menurut Marx antar lain :
·
Teori kelas sosial : Mendeskripsikan kelompok sosial yang ingin mempertahankan sistem sosial
yang telah eksis dan kelompok sosial lain yang berkepentingan untuk melakukan
perubahan terhadapnya. Contoh : Di Bali terdapat kelas sosial berupa kasta-kasta.
·
Teori perubahan sosial : Dari aktor-aktor kelas sosial
dalam peraturan kepentingan ekonomi-politik menghasilkan perubahan sosial.
Contoh : Orang berkasta Ksatria menikah dengan org berkasta Brahmana makan
orang tersebut akan mengalami perubahan sosial.
·
Teori tentang kekuasaan dan negara :
Kekuasaan adalah kemampuan sekelompok orang dalam menggunakan
keinginannya dan
kemudian berujung kepada pemenuhan kepentingan
ekonomis untuk melebihi orang lain dan dari sini akan menimbulkan keterpihakan
hukut terhadap kaum borjuis dan menindah kaum proletar. Contoh : Saat di RS
pasti yang akan lebih didahulukan orang kaya yang memiliki uang dibandingkan
orang miskin yang hanya bermodal kartu jaminan kesehatan.
Max Weber : Determinasi Ekonomi dan
Stratifikasi Sosial
Menurut Weber konflik didasari oleh kepentingan
ekonomi dan perubahan sosial hanya mungkin melalui ekonomi. George Ritzer dalam
bukunya “Teori Sosiologi” menyatakan
bahwa ada empat pemikiran yang membangun rasionalitas yaitu. Pertama, Praktis. Dunia sosial terbentuk oleh kepentingan individu yang pragmatis dan
egoistic. Kedua, Teoritis. Realitas sosial dipahami melalui kesadaran kognitif - abstrak: Deduksi,
Induksi, Kausalitas. Ketiga, Substantif. Realitas sosial meliputi pilihan cara-cara untuk mencapai
tujuan dengan melibatkan sistem nilai. Keempat,
Formal. Dunia sosial terbentuk oleh kalkulasi cara individu dalam mencapai
tujuan.[4] Berikut adalah teori Weber
yang berhubungan dengan teori konflik antra lain :
·
Determinisme Ekonomi
·
Stratifikasi Sosial (kelas,status, dan partai)
Contoh : Kalvinisme (hanya tuhan yang berkuasa dan berhak memilih
siapa yang dipilihnya untuk menjadi “yang terpilih”). Yang terpilih disini
yaitu berhubungan dengan determinisme ekonomi seperti siapa yang akan mencapai
puncak dengn cara tidak boros, menabung, giat bekerja, tidak serakah, dan
religius. Ketikan semua itu sudah tercapai akan muncul stratifikasi sosial atau
kelas sosial muncul didalamnya dan kemudian akan memicu terjadinya konflik yang
didasari dari tuntutan-tuntutan tersebut.
Ralf Dahrendorf : Upaya Modifikasi
Dalam usaha membangun pemikiran baru Ralf
mengungkap beberapa perubahan struktur sosial yang telah berkembang dan berubah sejak zaman Marx yang kemudian
melahirkan masyarakat pasca kapitalis antara lain. Pertama, Demokrasi Kapital yaitu Pelemahan ikatan antara pemilik dengan pengontrol industry (pemeran yang
bermain di dalamnya yaitu pemilik saham, direktur, dan manajer). Kedua, Demokrasi Pekerja yaitu Hilangnya kesadaran kelas yang sama antarpekerja (pemeran yang
bermain di dalamnya yaitu pekerja terampil, pekerja semi terampil, dan pekerja
tidak terampil). Ketiga, Perkembangan
Kelas Menengah Baru yaitu pengelompokan yang sudah berkembang dalam
industialisasi di masyarakat yang biasanya disebut white collar (pemeran yang
bermain di dalamnya yaitu guru, akuntan, peneliti, wartawan, dan sejenisnya). Keempat, Pertumbuhan Mobilitas Sosial
yaitu mobilitas sosial intergenerasi
(seorang anak bekerja menjadi petani karena bapaknya seorang petani). Kelima, Pertumbuhan Persamaan
yaitu perkembangan struktur sosial baru
yang mengurangi ketidaksamaan (jaminan standart hidup minimun dan membayar
pajak oleh orang yang berekonomi tinggi).
Jadi dapat disimpulkan menurut Ralf konflik pasca
kapitalis itu sudah tertata dan sudah terlembaga artinya disini konflik sudah
tidak merusak sistem sosial yang ada dalam suatu tempat.
2.
Kritik terhadap teori konflik
Teori konflik dikritik karena berbagai alasan.
Teori ini dianggap mengabaikan ketertiban dan stabilitas. Teori konfik juga
dikritik karena berideologi radikal. Bila dibandingkan dengan fungsionalisme
struktural teori konflik ini agak sedikit terbelakang maksudnya yaitu teori ini
hanya mengikuti perkembangan fungsionalisme struktural saja yang murupakan
teori turunannya.
Teori konflik ini juga kurang jelas dalam posisi
kedudukannya marxian atau bukan sebab teori ini memiliki banyak pandangan.
Teori konflik ini juga masih dibilang sama dengan struktural fungsional karena
teori ini masih berada dalam satu materi dengan struktural fungsional. Teori
konflik ini juga dibilang teori makro yang menjadi kritikan teori ini sebab
teori ini tidak bisa menganalisa secara individu karena tidak mungkin ada
konflik jiga individu tersebut hanya sendiri sedangkan konflik bisa terjadi
jika individu memiliki lawan interaksi minimal sesama dengan individu lain.
D. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan di atas,
penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :
1.
Prespektif teori konflik strukturalisme menurut Karl Marx (Posisi
Sentralnya), Max Weber (Determinasi Ekonomi dan Stratifikasi Sosial), dan Ralf
Dahrendorf (Upaya Modifikasi).
2.
Kritik terhadap teori konflik yaitu mengabaikan ketertiban dan
stabilitas, bersifat radikal, tidak memiliki posisi kedudukan yang jelas, sama
dengan struktural fungsional, dan terlalu makro tidak bisa membahas secara
individu.
3.
Teori konflik ini berhubungan dengan paradigma fakta sosial sebab
dalam teori ini menjelasnkan suatu efek terhadap dari tindakan terhadap pikiran
dan tindakan manusia, efeknya disini yaitu teoti konflik ini.
E. Daftar Pustaka
Masrukhin.
2012. Teori Konflik. Power Point oleh
dosen pada pertemuan ke-3 tanggal 14 September 2017. Purwokerto. 18 slide.
Restuadhi,
Hendri. 1998. Prespektif Konflik Menurut
Georg Simmel. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : UGM.
Ritzer,
George. 2014. Teori Sosiologi : Dari
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Edisi terbaru.
Bantul: Kreasi Wacana.
Stolley,
Kathy S. 2005. The Basics of Sociology.
United State of America : Greenwood Press.
[1]
Kathy S. Stolley, “The Basics
of Sociology”, Greenwood Press, 2005 USA, hal. 25
[2]
ibid
[3]
Hendri Restuadhi, Disertasi Doktor: “Prespektif
Konflik Menurut Georg Simmel” (Yogyakarta: UGM, 1998), 140
[4]
George Ritzer, "Teori Sosiologi". Translated by Nurhadi, (Bantul:
Kreasi Wacana, 2014), 137.
0 comments:
Post a Comment