Hal kecil yang disebut cinta (part 3)

Keesokan harinya teman-temanku mengerjakan pr bersama tanpa aku disana. Aku justru duduk bersama dia dan pria itu. “Aku rindu hari-hari ketika kita mengerjakan PR bersama-sama” kata salah satu temanku. “Seorang bidadari harusnya berada di surga” sahut temanku yang satu lagi. Dia masih marah kerena aku tidak datang ke ulang tahunnya semalam.


Aku sedang duduk sendirian di depan kolam ketika dia datang.“Pria itu belum datang? Aku disuruh olehnya mengajari anak kelas 3,”tanya dia duduk disampingku. Aku hanya tersenyum, “Kakak sedang mencari buku untuk proyek anak kelas 3”. Dia ikut tersenyum, ia memandang lurus kedepan “Hari itu ibuku masuk rumah sakit...”. Aku menoleh, "kapan?".“Hari dimana ayahku gagal melakukan tendangan pinalti. Aku lahir pada hari itu. Jadi ayahku memberi hadiah pada hari kelahiranku... yaitu tak bermain bola lagi seumur hidupnya. Akulah yang membawa nasib buruk. Coba lihat, Provinsi ini tak pernah mencapai sejauh itu sejak hari itu...”. " kau tak apa?" tanyaku khawatir. “Aku tidak apa-apa. Aku sudah biasa." Aku hanya menunduk menyesal. Beberapa saat kemudia pria itu datang dan memangilku. Pria itu memintaku untuk menemaniku mencari buku bersamanya.


Malamnya pria itu dan teman-temannya mengadakan piknik dan api unggun. Aku ikut untuk membantu yang memasak. Pria itu duduk di pinggir api unggun dan mendengarkan seseorang kakak senior yang sangat cantik yang sedang bernyanyi. Acara berikutnya adalah kejutan untuk para anggota senior. Kemudian acara kejutan untuk senior dimulai. Dia dan Pria itu mau perform cerita.“Ini terjadi ketika kita kelas 5 SD...”Pria itu memulai cerita. Dia ketawa, “Kita berdua jatuh cinta pada cewek yang sama. kelas 4 kita bersaing satu sama lain, berlatih menari agar salah satu dari kami bisa berdansa saat pesta sekolah. Tapi saat hari itu tiba, kita kena sakit cacar....”Semua tertawa termasukaku. “Tapi pada akhirnya pria itu juga tak berdansa dengan cewek tersebut. Jadi kita berdua sama-sama gagal...”. “Eitt” sela pria tersebut, “Itu karena dia mengancam kalau dia tak mau berteman lagi denganku. Setelah itu kita saling berjanji....”. “Bahwa kita takkan jatuh cinta pada cewek yang sama lagi...”tambahnya. Tawa ku pupus sudah. Pria itu jelas-jelas naksir pada ku, itu berarti tak ada harapan untuk ku untuk ditaksir oleh Dia.



 Dia dan Pria itu kemudian bernyanyi sambil menarikan tarian yang lucu, mengundang keceriaan.Pria itu menarik Ku agar ikut menari bersama mereka. Yang lain juga berdiri dan ikut menari.Semuanya diliputi keceriaan. Namun di tengah tarian, pria itu rupanya sedang bahagia mengambil kesempatan mencium pipi ku. Aku terpaku. Yang lain masih menari, sementara kebahagiaan ku sudah hilang.


Pria itu mengantar ku pulang. Saat aku hendak segera masuk ke rumah, Pria itu berkata, “ besok aku akan datang ke sini lagi ya. Kita nonton pertandingan futsal bersama-sama”.
“Kamu tak perlu menjemputku lagi”ujar ku dingin.
“Kenapa? Kau ada acara?”tanyanya.
“Tidak, maksudku tolong jangan terlibat denganku lagi...”
Pria itu bangkit dari sepeda motornya, “Kau marah karena aku mencium pipimu? Bukankan kau pacarku?”
 Aku berbalik marah, “Kak, aku tak pernah menerima bahwa aku pacarmu”
“Lalu apa artinya semua selama ini?”tanya pria itu.
“Maafkan aku kak, aku sudah mencintai seseorang...” jawab ku.
“Siapa?” tanya pria itu.
Aku hanya berbalik dan segera masuk ke dalam rumah tak menjawab pertanyaan dari pria itu.  
“Siapa.. siapa?!”tanya pria itu. Ia terduduk lemas di sepeda motornya.



To Be Continue....

Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment