Tentang Kita yang Selalu Tak Usai Dengan Kata
Tuhan menciptakan manusia dengan berpasangan, bahkan juga dengan antitesisnya. Tidak ada pulpen tanpa isi tintanya. Tidak ada yang sempurna, kalau tidak ada yang sederhana. Tidak ada kita, kalau hanya aku saja.
Bukan tentang aku dan kamu, tapi tentang kita yang masih terperangkap keraguan akan arah. Awalnya kita berjalan seperti garis linier yang bersilangan, bertemu karna berpapasan di titik tengah. Kemudian kita terlalu sama. Seperti garis sejajar, sama, persis, dan serupa. Tetapi tidak bertemu, karna tidak ada titik persilangan untuk berhenti.
Kerap kali kita mencoba untuk memulai dari awal untuk menemukan titik itu. Berulang kali, kita coba kembali. Namun tetap, untuk menjadi kita nyaris tidak lagi terjadi.
Hati dan pikiran kembali berekonsiliasi. Semua S E P E R T I baik-baik saja. Kita terlihat sudah tak lagi berseteru. Tidak seperti dulu yang selalu beradu dalam kemarahan, keegoisan, kecemasan, dan kecemburuan yang membuat kita tidak menjadi satu.
Namun yang baik-baik saja belum tentu terlihat sedemikian rupa. Badai selalu datang dalam masalah dan keadaan di oase yang sama. Begitulah, berputar dan terulang.
Semoga badai kian berlalu dan pelangi segera tampak. Sementara keraguan lekas bebas bersamanya agar tidak lagi bersemayam dalam kita. Jika ragu itu hilang dan keyakinan datang sebagai waktu menentukan, menjadi apa dan seperti apa nantinya. Tentang kita yang selalu tak usai dengan kata.
0 comments:
Post a Comment