Kata dan Kalimat Terakhir yang Tertinggal di Stasiun
hemmm.... stasiun, tempat yang dapat membuat perasaan seperti permen tahun 1980an, nano-nano. Tempat memulai cerita, atau pun sebaliknya, yaaa.. mengakhiri.
Hiii Tuan, tak usah kamu baca curahan ini. Pasti hanya membuat kamu kesal. Aku disini hanya sedikit meluangkan kata dan kalimat yang masih terlintas kala itu di stasiun. Depan pintu masuk, saat kau ingin memeluk ku namun aku menolak. Kau tau kenapa? Aku tak suka pelukan itu. Pelukan yang sengaja kau buat seperti salam perpisahan. Karna aku sadar, saat tuan memeluk ku saat itu mungkin aku akan menangis. Sudah banyak air mata ku bendung di mata ku ini. Aku tak suka itu. Aku lebih tak suka saat melakukan itu malah akan membuat aku balik badan lagi kepada mu. Karna aku tau, semua ini sudah keterlaluan. Tidak boleh dipaksakan lagi. Aku tau tuan dan aku sama-sama sakit. Tapi semakin aku mengenal mu sekarang, semakin aku tidak di sana. Kamu ga mau kan melihat aku disana hanya raga saja tanpa isi? Kalau aku sih tidak. Percuma beribu maaf dan penyesalan yang tuan utarakan. Sudah kuberikan juga beribu maaf untuk mu. Namun, tetap saja kita kembali ke tempat yang sama. Seperti lari di tempat, kita sudah saling usaha namun kenyataannya kita masih dan terus di tempat yang sama. Ini membuat semua hal di mataku menjadi selalu salah, capek, dan ingin berhenti. Aku selalu ragu dan takut untuk berhenti. Namun aku sadar, kita sudah tidak di sana. Aku lelah tuan, bisa kan istirahat sejenak? Ternyata istirahat sejenak tidak cukup. Aku sudah sangat lelah tuan, aku sadar saat aku istirahat sampai aku tak sanggup untuk memulai lagi. Capek! Banyak keraguan untuk mu saat itu. Tidak seperti sebelumnya, aku selalu dan sangat tak ragu apapun yang tuan katakan. Ini berbeda, Aku ragu. Sudahlah tinggalkan cerita ini di stasiun. Tempat yang selalu kita kunjungi bersama saat ingin memulai cerita dan lembaran baru di kota orang. Namun, untuk pertama kalinya di tempat yang sama aku akan melepaskan. Merelakan semua lembaran cerita yang ada di sana. Sampai jumpa tuan, terimakasih perjalanan kisah yang hampir satu windu ini. Berkesan!
0 comments:
Post a Comment